PENDAHULUAN
Dalam konteks pendidikan Indonesia
saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’
kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi
proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya
program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk
mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan
potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah
satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu
kemerdekaan dalam belajar.
Masih terkait dengan
kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk
mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam
dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan
dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis
dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan
mengembangkannya.
Murid kita di sekolah
tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan.
Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan
diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab
seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.
KETERAMPILAN COACHING
Mengingat pentingnya
proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid,
guru hendaknya memiliki keterampilan coaching.
Keterampilan coaching ini
sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berikut ini 4
keterampilan dalam melakukan coaching:
1.
keterampilan membangun
dasar proses
coaching
2.
keterampilan membangun hubungan
baik
3.
keterampilan berkomunikasi
4.
keterampilan memfasilitasi
pembelajaran
keterampilan dasar
seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan
diri sebagai coach.
PERBEDAAN COACHING,
KONSELING DAN MONITORING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
1. Definisi
mentoring
Stone (2002)
mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru,
pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya
untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya..
2. Definisi
konseling
Rogers (1942) dalam
Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan
rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang
tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
3.
Definisi Coaching
Coaching adalah
sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu
para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih
efektif.
KOMUNIKASI
YANG MEMBERDAYAKAN
Ada 4 unsur utama yang
mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:
1. Hubungan saling
mempercayai
2. Menggunakan
data yang benar
3. Bertujuan menuntun
para pihak untuk optimalisasi potensi
4. Rencana tindak
lanjut atau aksi
ASPEK BERKOMUNIKASI
Untuk
mendukung praktik Coaching kita, ada 4 aspek yang mesti kita
perhatikan dan kita latih;
A. Komunikasi Asertif
Beberapa tips singkat
yang dapat seorang coach lakukan:
1. Menyamakan
kata kunci
2. Menyamakan
bahasa tubuh
3. Menyelaraskan
emosi
B. Pendengar aktif
Berikut ini ada 5 Teknik mendengarkan
aktif
1. Memberikan perhatian penuh pada lawan
bicara kita
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
3. menanggapi perasaan dengan tepat
4. penegasan Kembali makna pesan
5. mengajukan pertanyaan yang meyakinkan terhadap perasaannya
C. Bertanya Efektif
Ada
dua bentuk pertanyaan yang mesti kita hindari yang akan menghambat keberhasilan coachee dalam
proses coaching.
1. Pertanyaan tertutup
2. Pertanyaan yang mengarahkan
D.
Umpan Balik Positif
Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam
beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung
diberikan saat komunikasi.
2. Spesifik
– fokus pada apa yang dikatakan
3. Faktor emosi –
mengikutsertakan emosi yang dirasakan
4. Apresiasi
– menyertakan motivasi positif
MODEL TIRTA
Model
TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat
melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA
kepanjangan dari ( T : Tujuan -
I : Identifikasi – R : Rencanaaksi - TA :
Tanggung jawab )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar