Hikmah Pengimbasan
teknologi informasi
Minggu, 02 Januari 2022
Hikmah Pengimbasan
Pengimbasan Literasi dan Numerasi
1. Materi
pengimbasan membahas modul ke-1 Konsep Dasar Literasi dan Numerasi. Dalam hal
ini saya akan mencoba menjelaskan konsep dasar literasi dan numerasi yang
sebenarnya yang selama ini bahwa literasi itu hanya berupa tulisan / teks saja
2. Dilakukan dalam
berapa pertemuan ( 4 x pertemuan), mudah-mudahan dapat dilakukan di bulan
Januari 2022 semester 2
3. Pertanyaan
peserta (tidak ada)
4. Jawaban terhadap
pertanyaan peserta (tidak ada)
5. Materi
pengimbasan membahas modul ke-2 (Implementasi Literasi dan Numerasi dalam
Pembelajaran). Dalam hal ini saya akan mencoba melakukan workshop dengan
memberikan contoh praktik baik dalam implementasi liteerasi dan numerasi baik
di kelas atau di sekolah
6. Dilakukan dalam
berapa pertemuan 2 x pertemuan, semoga dapat terlaksana pada bulan Februari
2022 semester 2
7. Pertanyaan
peserta (tidak ada)
8. Jawaban terhadap
pertanyaan peserta (tidak ada)
9. Materi
pengimbasan membahas modul ke-3 (Literasi dan Numerasi di Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat). Dalam hal ini saya akan gencar melakukan budaya literasi dan
numerasi dengan mengumpulkan buku teks yang dibawa oleh masing-masing opeserta
didik, dan ditempatkan di sudut baca di kelas atau di perpustakaan sekolah.
Untuk keluarga saya mencoba menerapkannya dengan buku bacaan, gambar, poster.
di lingkungan masyarakat mencoba melakukan taman bacaan yang berada di taman
perumahan
10. Dilakukan dalam
berapa pertemuan (2 pertemuan)
11. Pertanyaan
peserta (tidak ada)
12. Bukti
pengimbasan aspek materi dapat dilihat pada tautan (google.com)
13. Jawaban
terhadap pertanyaan peserta (belum ada)
Senin, 22 November 2021
PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
MONITORING
DAN EVALUASI
Dalam
membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan
membuat program mulai dari perencanaan hingga monitoring dan evaluasi
monitoring adalah
proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau
program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada
satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi
melibatkan penilai luar yang independen.
PRINSIP-PRINSIP
MONITORING DAN EVALUASI
Dalam melakukan
monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang
dapat digunakan sebagai pedoman:
Pertama, mengapa perlu
melakukan monitoring dan evaluasi? Tahap awal sebelum melakukan monitoring dan
evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan.
Kedua adalah
menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman. Beberapa prinsip yang harus
dipenuhi adalah bahwa monitoring dan evaluasi harus relevan, berguna, sesuai
dengan waktu yang ditetapkan, dan kredibel.
Ketiga, menentukan program
atau proyek yang perlu dimonitor. Penting untuk menentukan program atau
kegiatan yang harus dimonitor berdasarkan pada tingkat prioritasnya. Dengan
demikian, perlu dipikirkan program mana yang akan dinilai, untuk periode kapan,
dan apakah program tersebut adalah aktivitas yang sedang berlangsung sehingga
perlu dimonitoring, atau sebagai rangkaian aktivitas yang sudah selesai
sehingga perlu dievaluasi.
Keempat adalah
menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan
evaluasi.
Kelima, adalah menentukan
topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi.. Contoh pertanyaan
internal yang dapat diajukan kepada kelompok adalah: seberapa baik anggota
kelompok bisa bekerja sama dalam hubungannya dengan sumber daya manusia,
kepemimpinan, biaya, dan manajemen?
Keenam adalah
mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah.
Untuk dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan
bagaimana cara meraihnya dengan kembali melihat apa yang menjadi tujuan,
target, dan kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa konsep penting yang menjadi
kunci dalam strategi dan desain program atau proyek adalah :
1. Aim (dampak yang diinginkan), yaitu dampak akhir yang ingin
diraih pada kehidupan orang lain atau lingkungan sekitar.
2. Objective (tujuan; outcome yang diinginkan), yaitu
perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk mencapai dampak yang diinginkan)
3. Output, yaitu hasil cepat yang diraih dari satu kegiatan yang
dapat berkontribusi terhadap tujuan yang ingin dicapai (objective).
4. Activities, yaitu kegiatan program atau kegiatan proyek yang
sedang dilakukan sebagai proses memperoleh output yang diinginkan.
5. Inputs, yaitu semua yang diperlukan selama melakukan kegiatan
program atau proyek, seperti manusia, keuangan, organisasi, teknis, dan semua
sumber daya sosial.
Ketujuh adalah
mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui. Informasi yang diperlukan
biasanya ditujukan untuk memantau atau menilai apa saja yang berubah, memahami
mengapa bisa berubah, dan menginterpretasi perubahan.
Kedelapan adalah
memutuskan bagaimana informasi diperoleh. Biasanya data diperoleh melalui
berbagai sumber internal dan eksternal.
Kesembilan, menilai
kontribusi/pengaruh yang diberikan. Bagian penting dari M&E adalah menilai
pengaruh atau kontribusi kegiatan terhadap dampak atau outcome yang dapat
diobservasi.
Kesepuluh adalah
menganalisis dan menggunakan informasi. Tujuan utama dari monitoring adalah
untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan perencanaan sehingga
dilakukan analisis secara periodik, menilai, dan menggunakan informasi tersebut
Kesebelas adalah menjelaskan data. Data yang dijelaskan sangat
bergantung pada tujuan. Data disampaikan kepada pihak pemangku kepentingan yang
relevan dengan data yang akan dijelaskan.
Kedua belas adalah tentang
etika dan proteksi data. Dalam etika memproteksi data, semua peserta atau
responden yang dilibatkan selama proses monitoring dan evaluasi wajib dijaga
kerahasiaannya.
MANAJEMEN
RISIKO
Manajemen
risiko merupakan salah satu hal wajib yang harus dilakukan dalam
merencanakan program sekolah. Manajemen risiko haruslah menjadi satu kesatuan
bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan sistem manajemen di sekolah.
Risiko dalam
sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat terjadi,
termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh
karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib melakukan
rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari
pelaksanaan program sekolah.
Risiko tidak
dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila
risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta
hambatan, sehingga program sekolah yang telah direncanakan tidak
berjalan dengan baik Begitu pula sebaliknya apabila risiko
dapat dikelola dengan baik maka sekolah dapat meminimalisir segala
kerugian yang dapat menghambat jalannya program sekolah yang telah
direncanakan.
Pada akhirnya
perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu risiko, namun
tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiko oleh karena itu setiap
sekolah harus mengidentifikasi risiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila
semua sekolah dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat
diminimalisir. Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:
- identifikasi jenis
risiko,
- pengukuran
risiko,
- melakukan strategi
dalam pengendalian risiko
- melakukan
evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
SEKOLAH SEBAGAI EKOSISTEM
Eksosistem merupakan sebuah
tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan.
Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada
sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka diibaratkan sebagai
sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik
(unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Dalam ekosistem
sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam
ekosistem sekolah di antaranya adalah:
- Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga
Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan,
faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan
proses pembelajaran di antaranya adalah:
·
Keuangan, Sarana
dan prasarana
PENGERTIAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Merupakan
pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dan dikelola dengan baik oleh
seorang pemimpin pembelajaran sebagai sebuah kekuatan atau potensi sekolah.
PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN ASET
1. Pendekatan berbasis kekurangan/maslah (deficit
based thinking) : memusatkan pada hal yang kurang, mengganggu, tidak bekerja
bahkan memandang negatif
2. Pendekatan berbasis aset / kekuatan (asset based
thinking) : berfokus pada hal-hal positif, kekuatan sebagai tumpuan berfikir,
serta hal-hal yang dapat bekerja di lingkungan sekolah
ASET-ASET DALAM SEBUAH KOMUNITAS
Menurut Green dan Haines
(2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset
utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal
Manusia
- Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi
pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
2. Modal
Sosial
- Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat
yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur
kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada
di dalam komunitas/masyarakat.
3. Modal
Fisik
Terdiri atas dua kelompok
utama, yaitu:
- Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau
lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun
pelatihan.
- Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari
saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana
pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
4. Modal
Lingkungan/alam
- Bisa berupa potensi yang belum diolah dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga
kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang
bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
5. Modal
Finansial
- Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah
komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan
kegiatan sebuah komunitas.
- Modal finansial termasuk tabungan, hutan,
investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber
pendapatan internal dan eksternal.
6. Modal
Politik
- Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial.
Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama
dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi
dalam komunitas.
- Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang
memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite
pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
7. Modal
Agama dan budaya
- Kebudayaan yang unik di setiap daerah
masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta
benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam
sebuah ruang geografis.
- Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang
mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam
sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama
menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi
juga perilaku atau amalan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
PENDAHULUAN
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, Anda
pasti sering dihadapkan dalam situasi di mana Anda diharuskan mengambil suatu
keputusan. Namun, seberapa sering keputusan tersebut melibatkan kepentingan
dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu
dengan yang lain? Bagaimana pengalaman Anda dalam menghadapi situasi seperti
ini? Pemikiran pemikiran seperti apa yang melandasi pengambilan keputusan Anda?
Kemudian, setelah mengambil keputusan tersebut, pernahkah Anda menjadi
ragu-ragu dan menanyakan diri Anda sendiri apakah keputusan yang diambil telah
tepat, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, atau timbul pemikiran
mengganjal dalam diri Anda seperti, ‘Apakah ini sesuai peraturan?’ atau
‘Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?’
DILEMA ETIKA DAN BUJUKAN MORAL
1. Dilemma Etika = benar versus benar
Dilema etika
adalah sesuatu yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan,
secara moral benar tetapi bertentangan
2. Bujukan Moral = benar versus salah
Situasi
yang terjadi Ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah,
melakukan yang salah walaupun untuk sesuatu yang baik, maka tetap salah,
contohnya menyontek, walaupun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang
tentunya merupakan hal yang baik, tetapi tetap salah
EMPAT PARADIGMA ETIKA
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang
terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1. Individu lawan masyarakat
(individual vs community)
Dalam paradigma ini ada
pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang
lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.
2. Rasa keadilan lawan rasa
kasihan (justice vs mercy)
Dalam paradigma ini ada
pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan
sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang
sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan
hati dan kasih sayang, di sisi lain
3. Kebenaran lawan kesetiaan
(truth vs loyalty)
Kejujuran dan kesetiaan
seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika.
Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia
(atau bertanggung jawab) kepada orang lain.
4. Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term)
Paradigma ini paling sering
terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya
terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.
PRINSIP-PRINSIP DALAM MENENTUKAN PILIHAN
1. Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Care-Based Thinking)
LANGKAH DALAM PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN KEPUTUSAN
Di bawah ini 9 langkah dalam mengambil dan menguji
keputusan dalam situasi dilemma etika yang membingungkan karena adanya
nilai-nilai yang bertentangan.
1. Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
2. Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini.
3. Kumpulkan fakta-fakta yang
relevan dengan situasi ini.
4. Pengujian
benar atau salah, meliputi :
·
Uji Legal Pertanyaan yang harus diajukan disini
adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum.
·
Uji Regulasi/Standar Profesional Bila dilema etika
tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran
peraturan atau kode etik..
·
Uji Intuisi Langkah ini mengandalkan tingkatan
perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi
ini..
·
Uji Halaman Depan Koran Apa yang Anda akan rasakan
bila keputusan ini dipublikasikan dan menjadi konsumsi masyarakat?
·
Uji Panutan/Idola Dalam langkah ini, Anda akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan
Anda, misalnya ibu Anda.
5. Pengujian Paradigma Benar lawan
Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di
situasi ini? Individu lawan masyarakat (individual vs community) Rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
6. Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai? Berpikir Berbasis
Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam
situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah.
8. Buat Keputusan Akhirnya
kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang
membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan
Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan
keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus
selanjutnya.
COACHING
PENDAHULUAN
Dalam konteks pendidikan Indonesia
saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’
kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi
proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya
program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk
mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan
potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah
satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu
kemerdekaan dalam belajar.
Masih terkait dengan
kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk
mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam
dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan
dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis
dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan
mengembangkannya.
Murid kita di sekolah
tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan.
Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan
diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab
seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.
KETERAMPILAN COACHING
Mengingat pentingnya
proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid,
guru hendaknya memiliki keterampilan coaching.
Keterampilan coaching ini
sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berikut ini 4
keterampilan dalam melakukan coaching:
1.
keterampilan membangun
dasar proses
coaching
2.
keterampilan membangun hubungan
baik
3.
keterampilan berkomunikasi
4.
keterampilan memfasilitasi
pembelajaran
keterampilan dasar
seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan
diri sebagai coach.
PERBEDAAN COACHING,
KONSELING DAN MONITORING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
1. Definisi
mentoring
Stone (2002)
mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru,
pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya
untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya..
2. Definisi
konseling
Rogers (1942) dalam
Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan
rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang
tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
3.
Definisi Coaching
Coaching adalah
sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu
para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih
efektif.
KOMUNIKASI
YANG MEMBERDAYAKAN
Ada 4 unsur utama yang
mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:
1. Hubungan saling
mempercayai
2. Menggunakan
data yang benar
3. Bertujuan menuntun
para pihak untuk optimalisasi potensi
4. Rencana tindak
lanjut atau aksi
ASPEK BERKOMUNIKASI
Untuk
mendukung praktik Coaching kita, ada 4 aspek yang mesti kita
perhatikan dan kita latih;
A. Komunikasi Asertif
Beberapa tips singkat
yang dapat seorang coach lakukan:
1. Menyamakan
kata kunci
2. Menyamakan
bahasa tubuh
3. Menyelaraskan
emosi
B. Pendengar aktif
Berikut ini ada 5 Teknik mendengarkan
aktif
1. Memberikan perhatian penuh pada lawan
bicara kita
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
3. menanggapi perasaan dengan tepat
4. penegasan Kembali makna pesan
5. mengajukan pertanyaan yang meyakinkan terhadap perasaannya
C. Bertanya Efektif
Ada
dua bentuk pertanyaan yang mesti kita hindari yang akan menghambat keberhasilan coachee dalam
proses coaching.
1. Pertanyaan tertutup
2. Pertanyaan yang mengarahkan
D.
Umpan Balik Positif
Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam
beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung
diberikan saat komunikasi.
2. Spesifik
– fokus pada apa yang dikatakan
3. Faktor emosi –
mengikutsertakan emosi yang dirasakan
4. Apresiasi
– menyertakan motivasi positif
MODEL TIRTA
Model
TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat
melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA
kepanjangan dari ( T : Tujuan -
I : Identifikasi – R : Rencanaaksi - TA :
Tanggung jawab )